Wednesday, 17 July 2013

Budaya Aksara Mandarin 汉字文化 ~ 女 后 好


Sudah menjadi rahasia umum, di era modern ini negara China masih memiliki pandangan bahwa kedudukan lelaki lebih tinggi daripada kedudukan wanita, 重男轻女. Bahkan saat pemerintah China mengeluarkan peraturan setiap keluarga hanya memiliki satu anak, banyak orang tua berharap mendapatkan anak lelaki dan mereka tidak segan untuk melakukan aborsi setelah mengetahui bahwa janin yang dikandungnya adalah anak perempuan. Karena masyarakat China sangat menjunjung tinggi garis keturunan dan hanya anak lelaki yang bisa melanjutkan marga kepada anak dan keturunan selanjutnya. 


Tapi tahukah anda bahwa China kuno diawali dengan system matrilineal mengikuti garis keturunan ibu dan saat itu kedudukan wanita lebih tinggi dari pria. Hal ini dapat dilihat dari asal mula adanya marga, atau biasa dikatakan tiga marga tertua di China: ,  , ; memiliki simbol aksara wanita () di bagian depan. Bahkan kata ‘marga’ “itu sendiri memiliki simbol aksara wanita, yang menjelaskan garis keturunan darah pada saat itu dilihat dari sisi ibu.

Aksara “” pada awalnya tidak memiliki hubungan sama sekali dengan waktu, seperti 以后, 后来, 后天 dsb. Tapi sebenarnya aksara ini merupakan gambaran seorang wanita yang sedang melahirkan seorang anak. Pada zaman kuno, melahirkan merupakan peran mulia. Karena itulah wanita yang dapat melahirkan anak sangat dihormati. Oleh karena itulah aksara “” pada awalnya berarti ‘hebat’ (“伟大”) dan dipakai untuk menyebutkan “往后” atau “太后”.

Aksara lainnya yang menunjukan bahwa kedudukan wanita lebih tinggi dari pria adalah aksara “”. Hampir sama seperti “”, tulisan kuno “” memiliki simbol wanita sedang menggendong seorang bayi. Wanita yang memiliki anak dianggap hal yang bagus, karena itulah semua yang baik dan bagus dikatakan dengan satu kata “”. Di satu sisi dalam budaya aksara ini kita juga dapat melihat bahwa pada masa itu harapan terhadap wanita sangat tinggi. Wanita yang dapat melahirkan anak akan disanjung, namun jika tidak bisa melahirkan keturunan maka akan dipandang rendah baik oleh anggota keluarga maupun di lingkungan sosial..

Sekitar era dinasti Qin kedudukan wanita barulah berubah menjadi lebih rendah dari kaum pria. Menariknya, perubahan status sosial ini terlihat sangat jelas dalam sejarah budaya aksara China. Sejak dinasti Qin hingga saat ini hampir semua hal yang buruk memiliki aksara dengan simbol aksara wanita () di dalamnya, seperti , , atau 嫉妒.

Ada cerita yang cukup menarik dari kata “嫉妒” yang berarti ‘cemburu’. Karena pendapat umum mengatakan bahwa kaum wanita lebih mudah diserang rasa cemburu, sekaligus dianggap bahwa kecemburuan wanita sangat menakutkan, maka kata ini memiliki simbol aksara wanita () di bagian depan. Meski pendapat ini tidak sepenuhnya tepat, namun dari hal ini kita bisa melihat bahwa kedudukan kaum wanita semakin rendah, karena simbol aksara ini sering digunakan untuk melukiskan kata-kata yang mengandung arti negatif.

Dalam bahasa China cemburu juga bisa disebut “吃醋”, atau dalam bahasa Indonesia dikatakan ‘minum cuka’. Asal muasal istilah ini muncul di era dinasti Tang (唐朝) ada seorang pejabat bernama Fang Xuanling (房玄龄), ia tidak memiliki keturunan karena itulah raja Tang Taizong (唐太宗) menikahkannya dengan wanita lain yang lebih muda agar ia bias memberikan Fang Xuanling keturunan. Namun istri Fang Xuanling tidak rela suaminya memiliki istri muda dan menentang keputusan raja. Raja pun marah dan memerintahkan istri Fang Xuanliang untuk memilih antara melihat sang suami menikah dengan wanita lain atau bunuh diri dengan minum racun. Tanpa diduga istri Fang Xuanling memilih untuk minum racun dan menghabisi hidupnya sendiri karena ia tidak tahan menahan rasa cemburu melihat suaminya dimiliki wanita lain. Ternyata raja Tang Taizong hanya mengujinya dan racun yang diminumnya itu hanyalah semangkok cuka hitam. Akhirnya raja menyerah dan mengabulkan keinginan istri Fang Xuanling. Sejak itulah muncul istilah lain untuk ‘cemburu’, yaitu “吃醋”.

Tuesday, 16 July 2013

Budaya Aksara Mandarin 汉字文化 ~ 家 安

Setelah melewati semester ke-7 di Huawen Xueyuan, akhirnya tibalah liburan semester musim panas. Back to Jakarta, dan saya bisa mengatakan panasnya Jakarta memang lebih baik daripada panasnya di Jimei-Xiamen. BTW, selama semester 7 kemarin, sudah sewajarnya saya memiliki pelajaran favorite dan pelajaran paling dibenci, guru favorit dan guru yang paling menyebalkan. Tapi dikesempatan kali ini saya akan membahas hal yang paling saya sukai disemester ini dan bisa dikatakan satu-satunya hal yang membuat saya bersemangat untuk tetap sekolah, yaitu kelas Hanzi Wenhua. 

Sejujurnya, saya sama sekali tidak mengerti apa yang dikatakan oleh guru Hanzi Wenhua karena bahasa putonghua (普通话) yang dimilikinya tidak bergitu akurat dan sering kali tercampur dengan dialek hokian (闽南话). Tapi saya tetap menyukai pelajaran ini karena memberikan banyak pengetahuan yang sangat berharga dan terlalu menarik untuk ditinggalkan. Hampir semua aksara mandarin memiliki cerita dan memiliki perubahan arti yang belum tentu diketahui banyak orang. Selama satu semester ini kelas kami mempelajari cukup banyak aksara dan tentu saja saya akan berusaha sekuat tenaga untuk mebahasnya satu persatu secara terperinci. 

Di blog pertama mengenai Hanzi Wenhua ini saya akan membahas mengenai aksara "家" (jia) dan "安" (an).



Aksara kuno "家"
Aksara kuno dari “” berupa gambar atap rumah dan seekor babi (; ) karena saat itu mayoritas penduduk adalah bertani dan bertenak, maka hewan babi merupakan salah satu hewan ternak yang penting bagi mereka.

Orang China sering menyebutkan “安家”. Istilah ini memiliki makna bahwa sebuah rumah selain memiliki gedung fondasi, makanan dan pakaian, tetapi lebih penting memiliki hubungan yang harmonis antara suami istri “夫妻”.

Aksara kuno "安"
Kehidupan sosial di China kuno, perempuan memiliki tugas dan kedudukan yang cukup penting di dalam rumah. Kaum pria sibuk bekerja di sawah sementara para wanita mengurus pekerjaan rumah tangga dan peran melahirkan untuk meneruskan garis keturunan. Karena itulah aksara “” memiliki simbol wanita di dalam sebuah rumah, artinya adalah: ada wanita di dalam rumah barulah bisa memiliki keluarga yang damai dan stabil, “房子有女子才能安定”.

Budaya China sangat menjunjung tinggi hubungan kekeluargaan. “儿子孝顺父母,妻子顺从丈夫,弟弟尊重哥哥Setiap hubungan, baik antara suami-istri, orangtua-anak, maupun antar saudara; memiliki tata krama yang cukup ketat.

  1. 举案齐眉”, seperti kisah sepasang suami istri Liang Hong (梁鸿) dan Meng Guang (孟光), Meng Guang sangat menghargai dan nurut pada suami, bahkan setiap kali menyuguhkan makanan ia selalu mengangkat nampan setinggi alis matanya menandakan betapa ia sangat menghormati suaminya.
  2. 黄香焐被”, seperti kisah Huang Xiang (黄香), anak berusia 9 tahun tapi sudah mengerti bagaimana berbakti kepada orang tuanya, saat musim dingin ia menggunakan panas suhu tubuhnya sendiri menghangatkan tempat tidur untuk sang ayah.
  3. 孔融让梨”, hubungan antar saudara harus memiliki kasih sayang dan persahabatan, seperti Kong Rong (孔融) yang baru berusia empat tahun tetapi rela berkorban memberikan kakaknya potongan buah pir yang lebih besar sementara dirinya sendiri mengambil potongan yang paling kecil.
Next:
Budaya Aksara Mandarin 汉字文化 —— 女 后 好