Meski tidak tahan dengan udara panas-nya, tapi merupakan pengalaman baru yang cukup mengasyikan dan juga menjengkelkan. Apa yang asyik? Dapat sekamar dengan dua teman baru dari Myanmar, Gui Zhu dan Lin Hui, masak-masak (kentang balado khas indo dan dadar telur buncis serta bala-bala khas bandung) dan mengobrol sambil menggunakan bahasa mandarin (praktek bicara yang jarang didapatkan saat berada di kamar). Lalu kami juga sempat pergi ke pantai di Xiamen menunggu matahari terbenam (jam 7 sore langit masih cerah) dan menikmati mie kacang di Xiada.
Yang menjengkelkan - meski juga patut disyukuri - adalah pengalaman pertama kerja sambilan di restoran di Jimei. Bos (atau lebih tepatnya manajer restoran) yang bawel dan kerjaannya mengeluhkan kesalahan karyawan saat waktu senggang dan tidak ada pengunjung, tidak pernah memuji hal baik yang dilakukan karyawan, entah karena mengisi waktu luang atau memang hobinya mengeluh. Tapi disamping semua kekesalan yang ada, ini merupakan pengalaman yang cukup berharga dan membuat saya semakin megerti bahwa bahasa yang berbeda-beda di dunia ini merupakan kendala terbesar untuk menciptakan kedamaian. Tidak terhitung sudah berapa banyak pertengkaran yang terjadi akibat misinterpresepsi, bahkan jika kita memiliki bahasa yang sama pun dapat salah mengartikan maksud pembicara sehingga bertengkar mulut. Terkadang saya sampai mempertanyakan apakah pendapat yang mengatakan bahwa perbuatan yang kita lakukan adalah contoh atau bukti tersolid.
Karena terkadang tindak tanduk kita (meski baik) namun tidak cukup untuk menciptakan image terbaik kita. Sebagai contoh adalah saat saya kerja sambilan meski saya dan beberapa rekan (yang sama-sama orang indo) sudah bekerja dengan maksimal, rajin, dan inisiatif, tapi tanpa kata-kata yang berarti tetap saja menjadi keluhan karena bos biasanya hanya memperhatikan kesalahan kita (sambil menunggu-nunggu waktu yang tepat) untuk menegur dan mengungkit semua kesalahan kita di masa lalu.
Dari semua ini saya semakin meyakini beberapa konsep dalam dunia kerja: 1. Penjilat selalu lebih cepat naik pangkat; 2. Bos (biasanya manajer atau atasan kita langsung) memiliki hobi mengeluh; 3. Mendapatkan bos yang baik lebih sulit daripada mendapatkan kerjaan yang cocok; 4. Sistem kerja orang barat lebih baik dari sistem kerja orang timur, mengapa? Meski saya belum pernah bekerja di perusahaan Amerika atau Eropa tapi dari apa yang saya dengar mereka tidak pernah mencampuri urusan pribadi pegawainya dan hanya melihat hasil dari pekerjaan kita dan bukan 24 jam mengawasi apa yang kita kerjakan secara mendetail, orang barat juga tidak segan untuk memberikan pujian atas hasil kerja yang baik sementara orang timur - seperti apa yang sering dikatakan ibu saya - berat mulut.
Satu bulan di Xiamen, satu bulan di Jakarta.
Bulan Agustus saya kembali ke Jakarta dengan setengah hati. Tidak ada yang tersisa di negara ini yang membuat saya ingin kembali. Tapi satu-satunya hal yang membuat saya bahagia bisa kembali ke Jakarta-Indonesia adalah makanan Indonesia, siapa pun tahu bahwa makanan asli Indonesia #1 di dunia, murah dan enak luar biasa karena memiliki bumbu yang sangat medok. Gado-gado, martabak, sate ayam, sate padang, masakan padang, tahu tauco, ikan goreng nanas, empek-empek, tekwan, kerang kepa tauco, tim ikan, tim jamur dan ayam, kwetiau goreng, nasi goreng ikan asin, sayur asem, sambal! sambal indo adalah makanan dewa dengan terasinya.... hm..... belum lagi kopi-nya..... kopi indo memang paling top! Semua ini adalah deretan makanan yang tidak bisa ditemukan di Xiamen karena itulah bagi saya ini merupakan sebuah kebahagiaan sejati. Sampai-sampai saya memiliki sebuah doa pribadi agar perusahaan besar makanan Indonesia (i***food) segera membuka cabang khusus di Xiamen dan menjual semua bahan makanan indonesia, terutama sambal extra-pedasnya.
Tapi malang memang tidak mau berpisah dari saya. Dua hari setelah mendarat di Jakarta dengan sederet rencana untuk memenuhi perut, saya terserang penyakit aneh. Tangan kanan saya muncul bisul-bisul mengerikan seperti cacar api dengan tingkat kesakitan yang luar biasa. Tidak ada rasa gatal selayaknya penyakit kulit lainnya, tapi rasa nyeri seperti tulang dan kulit saya terbakar! Apalagi kalau bisulnya tersenggol benda padat ugh.... sakitnya.... Anyway, awalnya semua mengira ini cacar api tapi setelah dikonsultasikan pada dokter ternyata saya kena sebuah penyakit yang bernama impetigo. Kata dokter penyakit ini cukup berbahaya karena sangat mudah menular dan menyebar ke seluruh tubuh. Apalagi jika bisulnya pecah dan nanahnya terkena bagian kulit lainnya maka akan langsung memerah dan timbul bisul lainnya. Tidak hanya di kulit tubuh tapi juga bisa ke muka dan mulut. Penyebabnya adalah saya bersalaman dengan orang yang membawa penyakit ini sebelumnya. Makanya tidak heran bahwa bisul ini pertama kali muncul di telapak tangan kanan saja. Karena itulah sangat penting kita sering mencuci tangan dengan seksama terutama sebelum makan.
Akhirnya saya harus puasa makan-makanan yang memiliki gula dan kalori tinggi agar pemulihannya bisa lebih cepat dan tidak meninggalkan bekas di kulit. Oh tidak!!!! Tapi setelah saya meminta obat terkeras yang ada maka penyakit ini pun sembuh dalam waktu satu minggu. Yippe!
Lalu apakah saya sudah bebas makan-makanan berlemak tinggi? Tidak, karena saya harus membatasi makanan saya agar gaun saya untuk pernikahan kakak saya muat dan pas di badan saya! Ugh!!! Beruntung saya masih memiliki waktu satu minggu setelah pernikahan sebelum kembali ke Xiamen untuk membalas dendam pada makanan lezat yang sudah menunggu saya di luar sana.
Selama di Jakarta saya juga menderita kebosanan yang cukup parah. Tidak ada internet, tidak bisa menonton film seri baru (Parade's End) hiks hiks hiks.... dan yang lebih menyedihkan (meski bagi saya sangat menyenangkan) menonton (ulang untuk ke sekian kalinya) secara maraton Sherlock 1 dan 2 (selama 9 jam) sambil membantu menyiapkan undangan pernikahan. Oh Ben! Dia memang tahu caranya menyenangkan saya. Untung saja ayah punya BB jadi masih bisa browsing berita Benedict Cumberbatch.
Masashi Ueda Club
Bertahun-tahun berlalu dan saya masih tidak bisa menghapuskan hobi masa anak-anak yang satu ini. Membaca manga! Dan mangaka favorit saya sepanjang masa sudah bisa dipastikan adalah Masashi Ueda. Dimulai dari era Kobo-Chan, Kariage-Kun, hingga sekarang Otoboke-Section Chief. Komik yang terakhir ini teramat sangat lucu dengan komedi yang segar. Otoboke, kepala seksi sekaligus kepala rumah tangga (istri dan dua anak) sangat konyol dan nasibnya lebih sering sial daripada beruntung. Namun ia selalu berusaha menjadi teladan di rumah dan lelaki maskulin serta gentleman di luar rumah meski hal ini sangat sulit untuk diwujudkan.